Minggu, 16 Desember 2012

Dalam Renungan



Ketika mentari beranjak naik dari peraduan, sekelebat  awan hitam berbaris perlahan menjauh dari pandangan mata. Silaupun menyapa tanah kering sedikit berbatu dengan rumput kering yang menanti belaian air hujan yang tak kunjung datang. Kaki-kaki hitam menapak kokoh tanpa alas, menerobos belukar kering tanpa rasa. Canda tawa meeka tak pernah tersirat ada keheningan dalam benak yang bekerut.

Kakiku masih terdiam menatap bayangan pohon yang kering kerontang diterpa terik. Helaan napas terasa sesak seiring hembusan angin menerbangkan debu-debu sisa pembakaran nun jauh disana. Langkah kembali gontai setelah sekian lama meniti hari mengukir rindu yang tak pernah hilang dari angan. Mengharapkan sebuah keajaiban bagai dalam khayalan dongeng seribu satu malam.

Perlahan tapi pasti mentari itu pun bersembunyi di balik tirai waktu yang tak pernah malu. Malampun sebentar lagi menggelayut rindu yang sekian lama tanpa ceria yang menemani, hanya suara desiran angin malam dan suara alam yang setia mengalunkan irama yang penuh dengan misteri.

Bangkit dari tidur panjang menoleh malam kian sunyi, menghadap Illahi sang Pengawal jagat raya yang tak pernah lelah menjaga siang dan malam, memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan, menangis mengharap iba-NYA, sadar diri dengan lautan dosa yang membanjiri setiap langkahku, ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ampunilah segala dosa-dosa hamba yang setinggi langit dan seluas lautan, jadikanlah hamba orang yang selalu bersyukur atas rahmat-MU, hanya kepada-Mu lah hamba meminta pertolongan dan hanya kepada-Mu lah hamba memohon, Aamiin ya robal alamin

Minggu, 12 Agustus 2012

Elegi Rindu


Diam terpana, menerawang ke angkasa 
menatap yang sedang terpana
berharap bisa meredam galaunya
tak kuasa hati bergelora meredam rasa


Merengkuh hati yang bergelora

mencoba meredam rasanya
rasa itu seakan dekat, tapi tak terjamah ..

Ingin kuubah takdir

berharap dia disisiku saat ini
dan selamanya

jauh serasa dekat bayangan yang tersisa

tertiup angin keindahan


ingin kulabuhkan semua rasa

dalam dekap hangatnya
pelabuhan hati yg semakin membara
menunggu kapal yang taut

mampukah aku menjadi pelabuhan jiwanya?

suatu saat nanti .....


Bojonegoro, 120820122053

Kamis, 02 Februari 2012

Bersyukurlah .......


Waktu pergi begitu cepat meninggalkan kenangan baik yang buruk maupun yang indah, ya begitulah tak ada yang abadi kata ariel peterpan yang lagi di penjara yang sebentar lagi juga akan bebas?? Disini memang bukan akan bercerita tentang Ariel tapi kita akan bicara masalah hadiah ulang tahun, ya betul hadiah ulang tahunku yang entah ulang tahun yang keberapa soale agak lupa tapi bukan dilupakan atau memang sudah mulai tua untuk mengingat ???
Sebuah kado saya terima langsung dari tangan seseorang yang begitu spesial waktu itu, sambil memberikan kado itu dia berkata dengan suara yang lemah lembut “tolong jangan dibuka disini, nanti saja kalau sudah sampai rumah” wah sempat bikin penasaran juga waktu itu, sampai-sampai ngobrolpun ga begiru konsen agak sedikit ngelantur padahal biasanya ngelanturnya malah lebih banyak tuh hehehehe…..
Singkat cerita pulanglah ke rumah, sebenarnya bukan rumah sih, tapi merupakan sebuah hostel lebih keren disebutnya meski fasilitasnya biasa saja, mudah ditebak pasti langsung buka isi kado itu ?? salah …!! Lho …?? Ya salah lah … lha wong sudah di buka sejak diperjalanan koq…!! Hehehehe … nyuri start boleh saja lah namanya juga penasaran, dah tahu sekarang apa isinya, termenung dalam kamar sendirian memaku menatap isi kado. Sebuah Al-Quran dan terjemahan bahasa Indonesia cetakan Saudi Arabia. Sebuah kado sangat berat untuk sebuah ulang tahun yang tak pernah dirayakan.
Hari kemarin sudah terlewatkan begitu saja tak ada birthday party, tak ada surprise party, tak ada ucapan HBD sms atau telepon apapun itu bentuknya, masalah cin??? Ga juga ! dah biasa dang a ada yang luar biasa pada hari ulang tahun saya kecuali sujud syukur telah di beri umur sampai sekarang, masih bisa menghirup udara pagi yang segar, masih bisa main FB gratisan di kantor dan nikmat-nikmat lain yang tidak bisa diukur dengan apapun.
Akhir kalimat pesan buat diri sendiri saja kalau yang baca catatan ini kurang berkenan, perbanyaklah bersyukur walau apapun yang terjadi, “Barang siapa bersyukur, maka niscaya akan Ku tambah nikmat-Ku padamu, dan barang siapa kufur maka sesungguhnya azab Allah lsangat pedih.” Al-quran Surat Ibrahim ayat 7

Kamis, 12 Januari 2012

Demi sebuah asa


Dibawah gelap malam langit hitam, kulangkahkan kaki-kaki lelahku menyusuri kerikil jalan setapak. Suara jeritan satwa malam mengiringi setiap detak jantungku, tersengal napasku menjadi satu irama tak beraturan, ditambah gejolak hati yang gundah menahan rindu hati yang tak tergoyahkan.

Mata menatap kehampaan didepan sana, gelap mencekam sunyi merintih tak berdaya hanyut oleh gelombang rasa bersahutan. Mencium aroma kepedihan didepan sana yang tak berujung, meratap kemilau jingga derita nestapa.

Kaki-kaki ini terus dan akan terus melangkah, walau onak duri terus berontak, kaki-kaki yang semakin mati rasa tetap berjalan dalam kesunyian malam, tak akan pernah peduli dengan segala sayatan sembilu yang semakin tajam.

Hanya satu tujuan yaitu meraih segala asa, segala aral rintang harus tetap diterjang, dilawan meski taruhannya adalah penderitaan dan nyawa. Semoga kesabaran selalu menyertaiku. (Bojonegoro September 2009)

Satu malam di sebuah tempat


Malam semakin gelap, diluar sana angin semilir menusuk jantung, menelisik tulang iga membuat mata mengernyit menahan pedihnya gelombang yang tak berirama. Diluar sana orang-orang masih sibuk menata besi bergelut dengan panas, tatapan besi menyilaukan tak dihiraukan, suara gemuruh tangisan mesin menjadi pelipur lara, pancaran sinar kembang api dari kawat las menambah semarak malam yang tak pernah tidur.

Orang-orang sibuk mengukir logam dengan gerinda, suaranya yang melengking tak berirama tak menjadi beban sang telinga, sesekali menghela napas melihat bintang dilangit seakan merindukan mentari yang masih lama hadir. Hillir mudik sang mandor sebagai pertanda kesetiaan menemani aktifitas malam ini.

Tak ada yang dikeluh-kesahkan beban kerja yang mereka tanggung, seakan menikmati malam berganti malam dengan segala hiruk pikuk kerja. Dikala semua orang ternyenyak dengan mimpinya dikala semua orang berkumpul dengan keluarganya dan dikala jauh dari keluarga .Semua hanya untuk satu tujuan mencari nafkah untuk menghidupi anak dan istrinya.

Semoga segala usaha dan kerja keras yang selama ini diperjuangkan mendapat limpahan rahmat yang setimpal dan diberikan kesabaran disetiap langkah kaki dalam menjalankan tugasnya. Percayalah Allah akan membantu orang-orang yang selalu berusaha dan berdoa, tak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini asal kita mau berusaha sekuat tenaga. Percayalah Allah Maha Pemurah atas rizkiNya.

Sandal dan Mesjid


Kalau melihat dari judul sepertinya tidak ada hubungannya antara sandal dan mesjid, tapi kalau teringat kata "kehilangan" pastilah semua orang tahu, apalagi bagi mereka yang pernah kehilangan sandal di mesjid.

Memang sangat ironis, Mesjid yang di peruntukan untuk menjalankan ibadah atau kegiatan Islam lainnya bisa dijadikan ajang maksiat bagi sebagian orang, entah sengaja atau tidak telah terbukti dan dirasakan.

Bermula dari menengok saudara yang selesai operasi caesar di Rumah Sakit di Subang. pas waktu magrib tiba saya beserta istri menunaikan ibadah sholat magrib berjamaah di mesjid lingkungan Rumah Sakit. Tapi begitu kagetnya setelah selesai sholat sandal yang baru berumur sebulanan raib entah kemana, dicari kemana-mana hilang tanpa jejak dan akhirnya menyerah saja sandal sudah hilang ya mau apalagi beli yang baru saja dari pada pulang "nyeker" alias tanpa alas kaki .... itu merupakan pengalam pertama kehilangan sandal di mesjid .....

Pengalaman yang kedua ; saat tugas di cepu jateng kebetulan pas datang ke cepu hari jumat pagi dan kebetulan juga saya tugas malam, jadi bisa menunaikan sholat jumat di dekat rumah kontrakan. Kebetulan juga saya tidak bawa sandal dari rumah sekalian saja membeli sandal baru di cepu yang kebetulan tidak jauh dari rumah.

Waktu sholat jumat berakhir, saya berjalan mendekati lokasi dimana sandal saya di parkir, begitu sampai ke tempat sandal sudah raib yang ada sandal yang sudah kucel dan lama dan warnanya sama, saya hanya berbaik sangka saja mungkin itu salah make atau bagaimana sandal sudah hilang ya sudahlah, pake saja sandal kusam itu tengah hari yang terik lumayan kalaau tidak pakai sandal.

Demikian sekilas pengalaman pribadi semoga saja tidak terjadi pada saudara semua, intinya kalau ada penitipan sandal pergunakanlah jasa itu, jangan ambil resiko, tapi kalau tidak ada jasa penitipan kembalikanlah niat kita semoga mendapat pahala yang setimpal amin. Wallahu'alam bishowab.

Rabu, 11 Januari 2012

Susahnya Bersyukur


Matahari terik menyengat tubuh yang hitam kelam itu, tak bergeming dengan ayunan cangkul berirama dengan suara air yang didera laksana godam, nada langkah pasti setetes harapan menghidupi keluarga demi sepenggal rasa cinta, ridho Illahi tentu saja yang menjadi nomor wahid.
Hela nafas sebentar kemudian lanjutkan lagi menapaki batang impian yang segera diraih, cucuran keringat penambah semangat lengan kekar dan kaki kokoh menjadi tumpuan dari derita yang selama ini menghiasi setiap detak jantungnya.

Tak pernah mengeluh dengan semua yang ada, pasrahkan kepada Allah semata adalah jalan terbaik untuknya, berusaha dan berdoa hanyalah jalan untuk mencapai ridhonya, hasil tidak akan jadi patokan, bersyukur masih bisa menikmati sarapan alakadarnya. Tak sempat bermimpi makan mewah walau hanya barharap, menanti angin berhembus mengibaskan rambut yang mulai memutih. suatu kebahagiaan yang tiada tara, setetes air manambah sumringah di hari yang terik ini.

Masih adakah orang yang memiliki rasa bersyukur dengan apa yang didapat hari ini?
Apakah kita sudah termasuk orang-orang yang mudah bersyukur?

Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan. (HR. Tirmidzi)

Sajadah


Sajadah (dalam Arab, سجادة sajjāda atau musallah, dalam Persia: جانماز Janamaz) adalah alat yang terbuat dari kain yang biasanya memiliki gambar dan corak bernafaskan Islam. Sajadah digunakan kaum Muslim untuk menjaga agar tetap terjaga kebersihannya ketika melaksanakan shalat. Sajadah pada umumnya memiliki ukuran yang cukup besar untuk mengkover seluruh bagian tubuh ketika melakukan sujud agar tetap bersih selama shalat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Sajadah)

Sebagaimana biasanya mesjid jami di kampungku hanya penuh pada hari jum'at saja untuk melaksanakan ibadah sholat jumat. Selebihnya hanya satu baris saja tidak penuh. Waktu itu mesjid yang sudah cukup mewah untuk ukuran sebuah kampung lantainya sudah keramik mengkilat, ada dua baris karpet hijau menghiasi shaaf depan, shaaf ke dua biasanya baru di gelar kalau sholat jum'at saja, mungkin sayang karena jemaah sholat fardu tidak sampai 2 shaaf.

Begitu kalau hari jum'at tiba cukup banyak jemahan yang beribadah dengan berbagai macam sajadah mereka gelar, untuk menutupi lantai keramik yang dingin. Dengan berbagai ukuran pula sajadah yang mereka bawa. Ada yang ukurannya panjang dan lebar melebihi yang lainnya ada yang kecil pula. dengan begitu maka shaaf yang mereka laksanakanpun tidak sesuai dengan perintah sholat berjamaah karena adanya kesenjangan atau ukuran yang berbeda dari setiap sajadah yang mereka bawa.

Karena lantai yang masih keramik cukuplah alasan untuk mereka yang membawa sajadah dan sayapun juga demikian adanya. Waktu berjalan bulan berganti tahun, kabar berita bahwa lantai masjis akan di belikan karpet tebal karena mendapat bantuan dari sebuah perusahaan swasta.

Alhamdulillah karpetpun sudah di beli dan sudah mulai di pakai kalau sholat jumat dan ada kegiatan lainnya, tapi yang menjadi pertanyaan saya sementara karpet tebal sudah ada kenapa orang-orang masih membawa sajadah mereka dan memakainya diatas karpet itu. Sementara itu juga shaafnya sama saja seperti dahulu. karpet hijau dengan motif yang bagus tertutup dengan beraneka warna sajadah yang berbagai ukuran itu.

Apakah ini akan terus berlanjut? sampai kapan? bahkan para pengurus DKM-nya saja melakukan hal yang sama dengan jemaah yang lainnya. wallahu alam bishowab .

Minggu, 08 Januari 2012

Domba


Perjalanan masih berlanjut pagi itu suasana yang cerah menambah semangat jalan dipagi hari, menelusuri sebuah kota kecil di Jawa Timur. Memasuki sebuah pasar domba menarik untuk ambil gambar. Walau dengan kamera hp lumayan buat dijadikan dokumentasi perjalanan hari ini. Pasar domba tiap daerah pasti sudah tidak asing lagi unutk mendapatkannya, perbedaannya Cuma masalah kapan pasar domba itu diadakan. Ada yang tipa hari ada pula yang tiap minggu. Sebagaimana diketahui masyarakat kita senang dengan beternak, selain sebagai kegiatan diwaktu kosong juga akan menambah penghasilan yang sewaktu-waktu bias dijual untuk keperluan yang memang sangat diperlukan.
Domba atau kambing bisa dijadikan ternak pilihan masyarakat kita karena selain biaya perawatannya murah dan mudah juga sewaktu-waktu bisa dijual dengan cepat karena harganya tidak terlalu mahal. Banyak yang butuh domba atu kambing baik itu untuk acara Aqiqah maupun acara syukuran lain yang di masyarakat kita banyak yang melakukannya. Belum lagi bisnis rumah makan yang tiap hari pasti memerlukan daging domba.
Pada bulan haji atau tepatnya bulan dzulhijah pada tanggalan Hijriah merupakan puncak penjualan domba atau kambing, karena pada bulan ini tepatnya setelah Sholat sunnah Idul Adha disunahkan untuk memotong hewan qurban domba, kambing atau sapi bagi kaum muslim yang sudah mampu.
Daging kambing memiliki kandungan lemak total, kolesterol, lemak jenuh (saturated fat) yang lebih rendah jika dibandingkan dengan daging lain pada umumnya. Kandungan protein daging kambing hampir sama dengan daging lainnya, akan tetapi daging kambing memiliki karakterisik yang khas dalam hal lemah jenuh dan kolesterol.

Daging kambing memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dan kandungan yang lebih tinggi lemak mono dan polysaturated nya. Hal ini dapat dilihat apabila setelah daging kambing dimasak akan terlihat lebih banyak cairan lemak yang keluar menetes.

Kandungan lemah jenuh yang lebih rendah ini dan juga kandungan kelesterolnya yang lebih rendah menunjukkan bahwa daging kambing itu sehat. Disamping itu daging kambing memiliki kandungan iron, potassium dan thiamine yang lebih tinggi, dilain pihak kandungan sodiumnnya lebih rendah dibandingkan dengan daging lain.

Hasil analisa menunjukkan bahwa daging kambing memiliki lemak 50% lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi dan 45% lebih rendah dibandingkan dengan daging domba, akan tetapi rasanya masih tetap enak. (http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=warta/isinews&id=647)

Kamis, 30 Juli 2009

TEGAL ARUM VS GUMARANG



Tegal Arum
Tidak terasa waktu bergerak begitu cepat, hari ini merupakan hari terakhir berada di kampung halaman tercinta karena harus kembali ke dunia kerja sebagai kewajiban seorang suami mencari nafkah anak istri tercinta. Siang itu sebagaimana biasanya masih terasa panas walau mentari belum mencapai puncaknya, jam digital hp menunjukkan pukul 09.54 WIB. Kereta api yang ditunggu telah tiba dan langsung memburu pintu masuk. Agak susah memang masuknya karena berjubel orang-orang disana menghalangi jalan masuk, mereka adalah para penumpang yang akan menuju Jakarta ibukota Indonesia, dengan berbagai alas an orang pergi kesana; ada yang memang untuk kerja, berdagang, ada hanya sekedar mengadu nasib, ada pula yang uncaknya, jam digital hp menunjukkan pukul 09.54 WIB. Kereta api yang ditunggu telah tiba dan langsung memburu pintu masuk. Agak susah memang masuknya karena berjubel orang-orang disana menghalangi jalan masuk, mereka adalah para penumpang yang akan menuju Jakarta ibukota Indonesia, dengan berbagai alasan orang pergi kesana; ada yang memang untuk kerja, berdagang, ada hanya sekedar mengadu nasib, ada pula yang menemui kerabat atau saudaranya, tak jarang juga ada yang hanya untuk bermain atau belanja untuk kebutuhan pribadi ataupun untuk dijual kembali.
Kucoba mendesak kearah dalam dan berhasil mendapat ruang yang agak lumayan bisa berdiri leluasa karena semua tempat duduk sudah terisi penuh, banyak perempuan yang berdiri mematung menikmati penderitaan yang sesaat, ya hanya kira-kira tiga atau empat jam. KA Tegal Arum memang KA ekonomi yang bisa memuat orang sampai batas yang tak terkira, sehingga orang-orang berdesakan tanpa ada ampun. Yang membuat lebih sesak tidak lain dan tidak bukan adalah para pedagang asongan yang menjajakan dagangan khasnya masing-masing berjuang demi menghidupi keluarganya, berpeluh dengan kepala menanggung beban yang begitu berat, suara nyaring melengking tanda kemenangan akan segera tiba, berbagai jenis dagangan tersedia dari mulai mimuman ringan, makanan, mainan anak, alat pijat, nasi rames, dan lain sebagainya sehingga membuat suasana siang yang panas bertambah panas lagi.
Stasiun Cikampek sudah dilewati dan waktu sudah menunjukan pukul 10.49 waktu setempat, kereta malaju kearah barat mnegejar dan menyongsong mentari. Masih dalam keadaan kepanasan dan berdesakan, lima menit berselang kereta tiba-tiba berhenti, disebelah kanan perkampungan dan di sebelah kirinya sawah yang hijau luas membentang. Masih dalam keadaan panas ditambah lagi dengan tanda tanya mengapa kereta tiba-tiba berhenti? Dalam kebingungan orang-orang yang setia dengan posisinya masing-masing coba untuk menebak apa gerangan yang terjadi? Akhirnya pedagang asongan yang juga setia menjajakan asongan membawa kabar berita paling heboh saat itu, bagaimana tidak heboh, lokomotif rusak dan harus menunggu kiriman lokomotif yang baru dari Jakarta dan itu akan mamakan waktu paling cepat satu jam. Memang hanya satu jam saja tidak terlalu lama kalau menunggu dalam suasana yang tenang, tidak kepanasan dan lain sebagainya. Entah ada komando atau sudah tahu gelagat sebelumnya pedagang asongan malah bertambah banyak, semakin merianya suasana siang itu, orang-orang ada yang berhamburan keluar mencari udara segar dan suasana lain, sebagian lagi menunggu sebuah penantian yang entah kapan akan berakhir. Percayalah semua akan berakhir jadikanlah semua itu sebagai cobaan hidup dan nikmatilah, esok atau lusa akan merasakan betapa hari itu adalah hari yang paling anda nantikan dalam sepanjang hidup ini dan bukan tidak mungkin itulah hari-hari yang tidak akan anda lewati kelak di kemudian hari.
Pukul 12 lewat kereta mulai bergerak pelan tapi pasti, harapan baru akan segera terpenuhi, sampai akhirnya kereta berhenti kembali di stasiun Kosambi Karawang. Rupanya disitu lokomotif kiriman dari Jakarta berhenti menanti kerinduan yang didambakan semua orang-orang yang mulai berwajah ceria dengan datangnya sang malaikat lokomotif pembawa kabar baik. Setelah melewati berbagai rintangan orang-orang mulai menikmati angin segar yang keluar dari jendela kereta mulai menata mimpi-mimpi yang sempat terkoyak. Tidak banyak orang yang tahu dan bahkan tidak banyak yang peduli bagaimana lokomotif itu sampai juga membawa kembali menelusuri rel, melewati stasiun demi statiun tanpa berhenti dari mulai stasiun karawang, stasiun kedunggedeh, stasiun lemah abang, stasiun tambun, stasiun bekasi, stasiun cakung dan akhirnya berhenti di stasiun jatinegara.
Tepat pukul dua siang langkah kaki sudah berada di sekitar stasiun Jatinegara, tapi stasiun ini bukan tujuan akhir, perjalanan ini masih panjang masih harus menunggu kereta sore nanti. Sang perut sudah dari tadi menantang, para cacing sudah tak sabar lagi. Melangkah pasti menuju sebuah Rumah Makan Padang yang tidak jauh dari stasiun Jatinegara. Setelah sekian lama berdiri mematung di kereta tadi akhirnya kuhempaskan disebuah kursi setelah pesan makanan lebih dulu. Alhamdulillah begitu terasa nikmat setelah sekian lama dalam penantian sebuah kursi akhirnya terjawab sudah. Hidangan sudah di sajikan tak sabar segera melahap habis tanpa sisa, sebelumnya kirim kabar ke istri tercinta tentang keadaan yang telah terjadi, semua telah berakhir.
Gumarang
Menunggu lagi, sambil menanti shalat asyar tiba, lihat-lihat dulu di stasiun, banyak yagn mengantri beli tiket lokal maupun luar kota, ada yang untuk hari ini, besok ataupun lusa mungkin juga minggu depan. Banyak yang sudah mulai masuk menunggu diruang tunggu, ada yang Cuma ngantar terus pulang lagi setelah yang diantar masuk. Adzan berkumandang di Mushola depan stasiun Jatinegara, segera kulangkahkan kaki menyebrangi jalan yang padat oleh kendaraan. Jemaah lumayan padat untuk ukuran mushola yang mungil itu, setelah selesai shalat berjamaah selonjoran dulu meluruskan kaki yang sudah mulai terasa pegal, loket tiket baru di buka kurang dari satu jam lagi, jadi masih cukup waktu untuk istirahat sejenak.
Pukul empat sore kembali ke stasiun mengantri di loket yang belum dibuka, meski belum dibuka tapi antrian sudah ada dan kebagian antrian ke empat, pada antrian ke tiga seorang bapak-bapak yang mau mudik ke Purwokerto sempat berbincang-bincang seputar kereta dan kerjaan serta alamat tempat tinggal sampai akhirnya loketpun dibuka satu demi satu petugas loketpun melayani dengan ramah, dan sampai dapat giliran untuk beli tiket gumarang eksekutif, tapi walhasil tinggal yang bisnis, apa boleh buat dari pada tidak sampai ke tempat tujuan? Relakan saja hari ini akan menjadi kenangan sepanjang sejarah perjalanan.
Masuk diruang tunggu sudah banyak orang disana tinggal tersisa satu kursi, tidak disia-siakan sebelum ada orang lain yang memakainnya. Beli minuman pelepas dahaga sambil setia menunggu sang waktu yang terus bergulir, setia berdetak tiap detik tanpa rasa lelah dan bosan. Shalat magrib sudah bisa dilaksanakan dengan di tandai dengan suara adzan di Mesjid stasiun Jatinegara, kukerjakan salah satu kewajiban seorang muslim dengan ditutup dengan doa. Keluar dari ruang tunggu dan mengantri menunggu datgangnya kereta api gumarang jurusan Jakarta Surabaya pasar turi. Ada pengumuman dari pengeras suara bahwa kereta gumarang akan datang terlambat, jadi ingat lagunya bang Iwan Fals, kereta biasa datang terlambat …… memang dari dulu kali ya?
Sepuluh menit setelah waktu yang dijanjikan di tiket kereta gumarang pun tiba, kuhitung satu demi saatu gerbong yang bergerak lambat, sampai pada gerbong ke tujuh begitu yang tertera di tiket, gerbong tujuh dengan nomor kursi 14D sisi jendela. Tidak susah mencari kursi dengan nomor itu langsung saja ambil posisi nyaman, masih gerah dan sedikit panas malum cuma ada kipas angin yang anginnya tidak sampai ke sisi jendela hanya semilir angin dari luar jendela atas saja yang bisa membantu agar tidak terlalu panas, kubuka jaket yang sejak tadi kupakai, barulah suasana sedikit nyaman. Kereta mulai melaju pelan pada awalnya dan terus menerobos angin malam yang mulai menggeser suasana siang.
Dua jam berlalu, waktu menunjukan pukul delapan lewat empat belas malam tepat melewati stasiun Pagaden Baru yang tadi siang berangkat dari stasiun itu, rasanya baru sebentar saja dua minggu libur tak terasa kini harus berangkat lagi menyongsong hari-hari kerja yang menjemukan, demi menunaikan sebuah kewajiban hari-hari harus dianggap indah supaya bisa dilewati dengan tenang. Tak terasa perut menendang-nendang seakan berharap ada sesuatu yang masuk, orang yang bertugas menjajakan makan malam kebetulan lewat, langsung saja beli satu kotak nasi goring tak masalah soal harga namanya juga lagi lapar, jadi teringat lagunya mbah surip ‘tukang nasi goreng hilang ditengah malam….sampe sekarang dia belum pulang….. kemana yah …oooooooo…..’
Setelah selesai manyantap nasi goring sampai butiran terakhir, mata mulai terasa perih, ngantuk, cape, kusandarkan lagi punggung ini kekursi kucoba menutup mata sekedar mananti datangnya pagi dating berharap secepatnya. Kurang lebih pukul sepuluh malam mata terbangun karena banyak suara pedagang asongan yang mulai ramai manjajakan dagangannya satu demi satu, ternyata kereta sudah sampai stasiun Cirebon, Kejaksan. Menghela nafas meneliti para pedagang satu demi satu, ada yang jual makanan, minuman, sale pisang, mie rebus, kopi, oleh-oleh, dan banyak lainnya. Malam sudah mulai larut tapi para pekerja keras tak menyerah demi mengais rejeki yang dijanjikan Yang Maha Pemurah Allah Subhanahu Wata’ala.
Keretapun mulai bergerak sesaat setelah pengeras suara lantang agar kereta api gumarang segera meninggalkan stasiun Cirebon menuju tempat tujuan akhir yaitu Surabaya Pasar Turi. Kereta apai menembus gelapnya malam menerobos dingin angin yang semilir berhembus, hanya suara langkah kaki-kaki roda kereta gemeretak sombong dengan keperkasaannya, tak dirasakan beban berat yang sedari siang tadi berguling entah sudah berapa putaran. Kupasang alarm hp jam empat empat belas, kutarik nafas sejenak dan kucoba lagi pejamkan mata, rasanya baru sebentar mata terpejam sudah ada suara orang-orang menjajakan dagangannya, tapi tak terpengaruh kulanjutkan bermimpi dan terus bermimpi. Kali ini mata ini bisa terbuka kulihat sebuah stasiun yang cukup besar setelah kuperiksa ternyata benar stasiun Semarang tawang, waktu telah menunjuk pukul dua dini hari, kulihat dari jendela dua pasang suami istri yang rupanya baru pulang dari Umrah telah menanti para kerabatnya menjemput. Dari bawaannya sudah bisa di tebak, air zam-zam beberapa botol besar, koper ukuran sedang serta seragam khas batik yang mereka kenakan dengan tidak lupa kopiah hajinya.
Perjalanan malam tidak banyak yang bisa dilihat, hanya gelap malam yang tak tertembus, sesekali warna-warni lampu dengan kelap-kelipnya seumpama kunang-kunang di tengah hutan belantara. Suara pedagang asongan lenyap setelah kerata bergerak, sesekali terdengan ada yang mengobrol sekedar melepas ketegangan dan melewati malam dengan cepat, selebihnya menata mimpi indah yang tak mungkin bisa diraih dalam dunia nyata. Tak terasa mataku mulai merasakan lelahnya sang malam, pagi masih terasa lama untuk dinanti, kucoba ukir mimpi yang hilang siap tahu kembali datang. Sekejap saja mata ini terpejam, belum sang mimpi menampakan diri, alarm sudah berbunyi ya empat lewat empat belas menit, kereta masih melaju dengan pasti, bergerak tak kenal lelah menerobos dinginnya pagi. Stasiun-stasiun kecil dilewati dengan gagahnya tanpa permisi, perkampungan, pesawahan dilewati dengan senyum keangkuhan. Waktu terus bergerak perlahan tapi pasti, sementara laju kereta semakin melambat pertanda akan ada pemberhentian, memang tak salah dugaan kereta akhirnya berhenti di stasiun yang dinanti, Cepu. Untuk memastikan bahwa itu benar-benar stasiun Cepu kutanyakan pada simbo yang jualan nasi pecel sambil melangkah keluar kereta.
Kupijakkan kaki distasiun cepu setelah sekian lama dalam penantian akhirnya sampai juga. Para tukang becak dan tukang ojek motor menawari dengan semangatnya, ada satu tukang ojek yang langsung membawa sepeda motornya langsung adu tawar harga, setelah cocok baru bergerak secepat angin berlalu. Pagi yang cerah tidak terlalu dingin, jalan masih lengang pertokoan masih tutup, talkada orang lalu lalang, terus menerobos sang pagi didepan sana banyak kerumunan orang pertanda ada pasar dan yang pasti tinggal hitungan detik saja akan sampai pada akhir tujuan itu. Terimakasih kuucapkan kepada tukang ojek yang telah mengantar dengan selamat sampai tempat tujuan dan tidak lupa membayar ongkos sesuai kesepakatan. Berakhir pula kisah dua kereta api dengan ciri khasnya masing-masing, kadang ada rasa miris, rasa ingin tersenyum bahkan tertawa kadang juga menjengkelkan semua tinggal kenangan, selamat tinggal tegal arum, selamat tinggal gumarang, mungkin kelak kita akan jumpa lagi dalam suasana yang berbeda penuh tawa ceria dan gurau canda merekah. Terimakasih telah mengantarkanku samapai ke tempat tujuan. Terimakasih semuanya.

Jumat, 26 Juni 2009

Harun Al-Rasyid VS Muflah Hamood

Harun Al-Rasyid : Orangnya kecil dan hitam tapi baik hatinya mungkin karena mengetahui saya muslim atau memang karena saya baik juga?? Dia buka perawat ataupun bagian cleaning servise, meski dia orang Bangladesh. Ya memang banyak orang bangladesh yang bekerja disana yang kebanyakan buruh atau pembantu. Demikian halnya dengan Harun Bay biasa saya panggil, bay adalah panggilan untuk laki-laki kalau orang sunda mah akang gitu kira-kira (ada yang mau nambahkan??)

Ada seorang pasien namanya Muflah Hamood orang Kuwait asli kecelakaan lalu lintas tidak sadar sejak terjadinya kecelakaan sampai beberapa tahun lamanya. harun itulah yang bagian menjaga kalau siang hari, sementara kalau malam hari ada sang bapak setia menunggui anaknya.

Pekerjaannya sih gampang Cuma nungguin saja, sesekali ganti posisi tidur sang pasien dari kiri ke kanan dan seterusnya supaya ga bedshore gitu. Kebanyakan kita sih yang melakukannya kecuali kalau kita lagi benar-benar sibuk. Lalu minta tolong dia untuk melakukannya. Kadang juga memberikan makan siang atas izin yang jaga dan setelah di beri petunjuk bagaimana cara memberikan makan cairan melalui NGT (Naso Gastric Tube), ya selang yang di masukan melalui hidung untuk memberikan makanan cair bagi mereka yang tidak sadar khususnya.

Entah berapa lama pasien itu terkapar tak bergerak ahanya napas yang terdengar ngorok dan perlu untuk di suction di tracheostomy tube-nya karena banyak lendir yang menghalangi jalan nafasnya. Sesekali bagian fisiotherapis datang untuk melakukan tugasnya. Malang memenag nasibnya, umur yang masih di bawah dua puluh tahun harus menerima siksaan yang begitu adanya, tidak bisa menikmati masa mudanya sebagaimana yang lainnya. Mungkin itu sudah suratan takdir dan tidak ada yang perlu disesali. Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang bila terkena ujian dan cobaan dia bersabar. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Sampai saya resign Muflah Hamood itu masih status Quo, baru setahun kemudian saya mendengar dari kawan yang baru pulang yang kebetulan satu ruangan waktu itu memberikan kabar bahwa beliau telah meninggal dunia mendahului kita. Tak mengapa lah toh kita pun suatu saat nanti akan menyusulnya. Begitulah suratan takdir maut kan datang menjelang. Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)

Waktu itu ..........

Ke satu ....

Pagi itu memang terasa dingin yang mencekam, kami serombongan baru saja menginjakan kaki kami di salah satu negara penghasil minyak di timur tengah, tepatnya negara itu adalah Kuwait. Waktu itu bulan pebruari suasana ramadhan masih menyelimuti. Rasa suka cita dan bahagia bercampur baur jadi satu, bagaimana tidak setelah sekian lama kami menanti akhirnya sampai juga kami ke tempat yang kami idamkan, bukan tidak berlebihan memang, kami sangat bahagia sekali tidak tahu harus bagaimana menuturkannya. Masih mengantri untuk di periksa satu persatu berikut bagasi, standar prosedur yang harus dilakukan oleh tim sekuriti airport, cek dokumenetasi dan akhirnya semua lolos dengan hati lega.

Masih didalam ruangan airport selepas keluar dari pemeriksaan sudah nampak berjejer orang Kedutaan Besar RI untuk Kuwait menunggu kami yang baru saja datang, sebuah penyambutan yang luar biasa dan tidak di perkirakan sebelumnya. Maklum kebanyakan dari kami mungkin semuanya baru pertama kali pergi ke negeri orang terus disambut sedemikian rupa begitu terharunya kami. Satu per satu bersalaman dengan riang gembira tak lupa senyum harapan masa depan yang sumringah. Tidak tahu dibalik senyum itu ada yang memang tersenyum tulus atau hanya sekedar basa-basi atau hanya mentertawakan diri sendiri karena penampilan kami memang banyak yang agak norak, walau kami berusaha semaksimal mungkin untuk penampilan kami yan terbaik.

Kami sudah mendapat tempat tinggal masing-masing walau katanya untuk sementara waktu, karena kami memang belum mendapatkan tugas tempat kerja kami. Belum diceritakan sebenarnya kami itu siapa? Ya kami itu para perawat Indonesia yang telah lulus seleksi dari kementrian kesehatan Kuwait dan kami berhak mendapat kerja di bawah kementrian kesehatan tersebut. Setiap pagi pergi ke ke kantor kementrian kesehatan untuk mengurus segala macam administrasi. Dari mulai ktp, penempatan kerja/lokasi kerja sampai medical check up ulang. Ya medical check up ulang. Karena mereka kurang begitu percaya kepada kita sehingga kamipun harus melaksanakannya, meskipun jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Kuwait kami melaksanakan prosedur serupa.

Hari pertama menginjakan kaki di sebuah Rumah Sakit di Kuwait, Farwaniya Hospital namanya, RS umum dengan segala macam aktifitasnya. Saya ditugaskan di bagian perawatan bedah. Setelah sebelumnya orientasi dengan di dampingi oleh salah satu staf kepala perawatan. Suasana rada tegang untung ada kang Jaya yang kebetulan satu ruangan, beliau selalu membantu kesulitan yang saya alami waktu baru-baru masuk ruangan. Keterbatasan bahasa agak sedikit mengganggu, terutama bahasa arab. Karena pasien disana kebanyakan orang yang berbahasa arab tentunya. Belakangan Kang Jaya harus meninggalkan kita untuk selamanya beliau wafat karena DHF waktu tugas di salah satu perusahaan di luar Jawa.

Bersambung ..... bagian 2

Berempat

Bagian 2 ........

Kang Jaya adalah sosok yang ceria murah senyum dan pandai bergaul, meski waktu itu umurnya diatas saya tapi tidak terlihat tua. Anaknya sudah dua padahal saya masih belum menikah. Keluarganya di tinggalkan di Cirebon Jawa Barat. Ada lagi sosok Bambang yang asli Madiun pandai memasak, mudah bergaul dan suka bepergian kemana saja ia suka. Juga ada Nurhadi sosok pandai rajin belajar bahasa Inggrisnya bagus, belakangan dia juga belajar bahasa Tagalog karena banyak bergaul dengan orang Philipina.

Kami berempat termasuk saya yang asli Sunda tentu saja dari Jawa Barat. Meski tergolong orang yang biasa saja Alhamdulillah saya mampu beradaptasi baik di tempat bekerja maupun di lingkungan teempat tinggal. Kami memang tinggal bersama di sebuah flat dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Cukup sederhana tapi bisa tenang untuk tempat beristirahat. Kami juga bekerja di satu Rumah Sakit yaitu Farwaniya Hospital, tapi Bambang dan Nurhadi di bagian lain. Bambang di bagian perawatan penyakit dalam dan Nurhadi di bagian Emergency.

Hari-hari pertama menginjakka kaki di ruangan sedikit agak gentar bagaimana tidak saya kurang pengalaman dengan Rumah Sakit, bahasa Inggris yang pas-pasan apalagi dengan bahasa arab, sekali lagi saya masih diberi bantuan oleh yang maha kuasa. Adalah seorang Merly Bucoy gadis cantik asal Philipina banyak sekali membantu orientasi di ruangan itu. Informasi-informasi pekerjaan yan harus dilakukan serta kepada siapa saya harus bertanya su paya mudah mendapat jawaban. Hari yang cukup berkesan dalam artian kesan persahabatan sesama Asia Tenggara begitu kira-kira yang bisa saya tangkap.

Di ruangan itu yang bekerja terdiri dari berbagai negara ada yang dari Mesir, India, Pakistan, Philipina, Arab Saudi yang satu-satunya tapi belakangan menghilang tanpa ada berita dan terakhir dari Indonesia. Sementara orang Kuwaitnya sendiri hanya kepala Ruangan saja tidak ada staf perawat seperti saya. Disamping perawat ada juga portir dan cleaning service untuk yang dua ini profesi ini dari Bangladesh. Awal saya datang masih ada orang Thailand tapi rupanya selesai kontrak dan tidak pernah kelihatan lagi.

Mesir ... Muhammad Hasan : gemuk, pandai bergaul, suka bercanda dan suka membantu terutama kepada kita orang Indonesia yang sesama Muslim. Hari-hari tugas bersama beliau penuh gelak tawa walau tentu saja lebih banyak seriusnya menangani pasien-pasien dari pada mengobrol, perlu diketahui kalau dinas pagi dari mulai pukul 07.00 tidak akan bisa duduk sampai saat pulang tiba. Jam istirahatpun minum teh atau susu dilakukan sambil berdiri dan hanya beberapa menit saja.

Adel .... pria mesir ini perawakannya tinggi sedang sama dengan orang kita agak pendiam mungkin karena bahasa Inggrisnya pas-pasan sekali tertolong bahasa arab yang memang fasih. Agak kurang sreg kalau dinas bareng karena jarang ngobrol jadi bete gitu.

India .... Sister Christina : Mungkin dari India pelosok kecil, hitam, cerewet tapi kepandaiannya patut diacungi jempol belakangan di lulus CGFNS (Commission on Graduates of Foreign Nursing Schools) yang memungkinkan dia untuk bekerja di Kanada atau Amerika sana.
Sister Celine : Tinggi kurus, tidak begitu hitam walau asal daerahnya sama dengan sister Christina. Orangnya baik suka membantu setiap ada kesulitan, sedikit suka menyuruh wajar saja karena dia senior.
Sister Renny D’Souza : masih gadis, hitam suka ngobrol dan cerita itu juga kalau kebetulan bareng dinas sore dan tidak terlalu sibuk. Kandang suka ganti jadwal dinas kalau saya ada perlu juga demikian sebaliknya,karena saya dan dia hampir barengan datangnya dan kepala ruangan menganggap sama masalah posisi di ruangan/kerja.

Sebenarnya masih ada lagi perawat India itu ada sister Maryamah (tapi ga pakai karvop) yang lainnya juga lupa namanya. Lupa-lupa ingat wajahnya sama namanya gitu (lupa.....lupa..lupa ....lupa lagi syairnya .... ah ...itu mah band kuburan ).

Pakistan ...... Muhammad Ramdan : tinggi besar hidung mancung, baik juga terutama pada kita orang Indonesia, sudah dimaklum sesama muslim kita bersaudara.
Nobel Nawab : meski non muslim orangnya baik dan prestasi akhir sebelum saya keluar adalah wakil kepala ruangan.

Philiphina ..... Merly Bucoy : gadis tinggi langsing, cantik dan pandai banyak sekali membantu saya.
Asha (te Asha) : keibuan,perhatian sama suka membantu.
Jupano Sali : sama dengan Asha mereka dua orang Muslim lain dari yang lainnya. Joe begitu biasa saya memanggil ngebet banget pengen nge date Renny D’Souza, tapi Renny tak ambil pusing dengan itu, ia memilih menolaknya dengan berbagai alasan.
Florentino alias Teng : setahun lebih akhir kedatangannya dari pada saya, tinggi, suka olah raga terutama fitnes katanya, modis dan sama baiknya dengan yang lainnya.

Mohon maaf sebenarnya masih banyak yang lainnya dalam satu ruangan itu tapi berhubung kapasitas memori yang sudah mulai melemah, maka dengan rasa hormat tidak saya tulis. Tapi pada kesempatan lain bila ternyata ingat akan di bahas lagi.

Yang jelas waktu itu kepala ruangannya adalah Sister Mona Sharaf asli Kuwait, tegas dalam setiap keputusan dan tak jarang memberikan teguran kepada siapa saja yang berbuat salah. Dilain pihak sangat senang dengan kinerja kita sebagai pekerja asal Indonesia, bukan karena sesama muslim tapi memang karena tergolong bisa menyesuaikan kerja dalam tempo yang cepat.
Kurang dari tiga bulan sudah mulai di kenakan shift sore, waktu itu shift sore Cuma tiga orang yang jaga, lumayan sibuk apalagi kalau pas hari operasi, kadang masih ada pasien yang tersisa di Recovery Room. Dan kita harus mengambilnya dari sana. Kurang dari lima bulan saja sudah mulai diserahkan sebagai penanggung jawab shift, yang tugasnya mengatur semua pekerjaan serta membagi pasien sesuai dengan jumlah yang dinas.

Idul Adha 1429 Hijriyah

05.30 Mesjid Al-Mutaqin kampung Sidoarjo Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah, suara takbir menggema seantero kampung bersahutan dengan mesjid lain disekitarnya. Kumasuki mesjid yang tidak begitu luas tanpa halaman yang ada hanya jalan atau boleh dikatakan sebuah gang di sampingnya terhimpit perumahan berjejer rata. Seorang anak telah asyik bergelut dengan mic sambil bertakbir mengagungkan kebesaran Allah, seorang anak mungkin usianya belum sampai 17 tahun tentu saja dia belum cukup umur untuk memilih dan dipilih pada pemilu 2009 nanti. Seorang diri dia di mesjid itu dengan suara lantang meneriakkan takbir, yang lain belum kelihatan aku dan temanku masuk jadi tiga orang, selesai Tahiyatul Mesjid, temanku mendekati anak itu dan ikutan memegang mic untuk bertakbir juga.

05.40 Tiga anak kecil masuk tanpa basa-basi ataupun unjuk gigi, salam tak lagi terngiang hanya bisu menatap langit-langit mesjid, hamparan karpet hijau dan merah menjadi saksi, kemudian satu persatu orang memasuki mesjid dengan pakaian yang beraneka ragam, dari mulai pakai kemeja koko sampai batik. Yang menjadi menarik perhatianku adalah seorang laki-laki berkulit gelap kalau boleh dikatakan hitam gitu datang dengan memakai kopiyah warna krem yang mungkin tadinya warnanya putih tapi karena sudah lama makanya warnanya berubah jadi begitu, memakai sarung kotak-kotak dan lebih menarik lagi dia hanya memakai kaos oblong ya T-shirt bahasa kerennya sih. Yang saya tahu ini hari raya Idul Adha kita disunahkan memakai pakaian yang terbaik yang kita punya, apa mungkin itu yang terbaik bagi dia? Ditambah lagi di belakang kaos oblongnya itu ada tulisan besar-besar yang isinya kurang lebih begitni : ”Kalau sering ketemu kaga perlu jemu, kalau kau mau, jangan luh malu, kutahu yang luh mau ya ya yaaa.........” tentu saja setiap orang bisa membacanya dengan jelas yang membuat sebagian orang senewen membaca hal-hal yang tidak diinginkan.

06.25 Panitia qurban yang merangkap pengurus mesjid berdiri mengumumkan kegiatan hari itu, dari mulai Imam yang akan memimpin Shalat Ied yang seperti biasa dilakukan oleh Imam besar Mesjid Al-Mutaqin yang sehari-hari mengimami 5 kali dalam sehari, belum ada regenerasi dari puncak kepemimpinan, mungkin menganggap bahwa yang masih muda biarlah belajarng dulu nanti kalau sudah cukup umur pasti dapat giliran. Khotib juga di umumkan, kemudian tidak lupa saldo uang zariah mesjid yang sampai saat itu terkumpul dana sebesar kurang lebih 39 jutaan. Panitia qurban juga mengumumkan telah terkumpul satu ekor sapid an sepuluh ekor kambing berikut orang yang memberikan qurbannya di bacakan satu per satu.

06.30 Shalat Iedul Adha dimulai dan dipimpin alias diimami oleh Kyai besar mesjid Al-Mutaqin. Semua khusu mendengan bacaan dari sang Imam besar yang telahmalang melintang di dunia perimaman, entah sudah berapa lama dia menggeluti profesinya yang satu ini. Bapak yang berkaos oblong berdiri di barisan ( seperti upacara saja) maksudnya Shaf terdepan, aku ada di belakangnya meskipun tidak sejajar, tapi masih bisa mwlihat gerakan-gerakan yang ada di depanku. Dan perjalanan shalat pun harus berakhir dengan dibacakannya salam oleh sang imam, yang akhirnya membuat jemaah otomatis ikutan salam juga.

06.40 Giliran khotib naik panggung, seprtinya mau nyanyi saja pakai panggung segala padahal di mesjid tidak ada panggung, maksudnya mimbar, dan membacakannya denga n suara cukup lantang dan lancer sekali, coba kalau di tulis pakai computer terus di print out hasilnya di poto kopi buat para jemaah bagus juga tuh isinya. Isinya tentang perjalanan Nabi Ibrahim melewati ujian yang sang berat harus bersedia mengorbankan anak tercintanya yang sudah lama dinanti tapi, setelah beliau dikaruniai Nabi Ismail oleh Allah Subhanahu Wata’ala di uji supaya Nabi Ismail di kurbankan. Tapi demi mentaati perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail rela mengorbankan apa saja sesuai dengan perintahNYA. Alhasil Allah-pun menggantikan Nabi Ismail dengan seekor ghibas atau kambing besar. Belum selesai khotib khutbah pertama, bapak ber T-shit oblong itu keluar lapangan pertandingan padahal wasit belum meniup sangkakala-nya, wah pelanggaran nih jeritku dalam hati. Biarlah semaunya dia lha wong urusan orang, mungkin dia kebelet pengen pergi ke kamar mandi pengen bersih-bersih kamar mandi mesjid yang biasanya jarang yang mau bersih-bersih. Akhirnya setelah doa penutup sang khotibpun turun dari singgasana mimbar kayu jati yang sudah cukup umur. Jemaah yang terhormatpun dengan senang hati dan riang gembira meninggalkan mesjid dengan tertib, tidak ada kegaduhan apalagi berebut sandal, tentu saja tidak ada yang tertukar apalagi lenyap hilang tak berbekas pulang dengan kaki telanjang. Semua berjalan lancar menuju tempat tinggal dan melanjutkan kegiatan masing-masing.

Cepu, Senin 8 Desember 2008